aku sedikit ngerasa materi stand up nya pandji itu agak kurang gimana gitu sob. salah satu materinya pandji kurang lebih berbunyi begini "masyarakat Indonesia harus belajar menangkap apa yang dimaksud bukan apa yang diucap, masyarakat Indonesia harus belajar tidak sensi".
oke. objek pandji disini adalah seorang komunikan, yakni pihak yang menerima pesan. pendapat saya seperti ini: selain apa yang dimaksud, cara pengucapan itu penting. bukan untuk tidak dihiraukan, tetapi hal tsb kan juga demi efektifnya komunikasi. mungkin bukan kita (komunikan) yang harus lebih "menangkap apa yg dimaksud bukan yg diucap", tapi pihak yang berbicara (komunikator) harus lebih memperhatikan ucapannya, agar pesan yg dimaksudkan tersampaikan dengan efektif. yang penting kan efektifnya komunikasi kan sob, bukan pesan tersampaikan tapi tidak efektif sehingga punya dampak negatif. hal ini harus diperhatikan oleh siapapun komunikator. cara berbicara, termasuk intonasi dan pemilihan kata kan juga mencerminkan tingkat kedewasaan, atau tingkat tingginya pendidikan juga kan sob? okelah kita harus mengerti latar belakang lawan bicara kita dengan tidak sensi, tapi cara berbicara pihak lawan bicara juga harus diperhatikan dengan tidak ngomong seenaknya juga kan? hal tsb udah jauh dari tujuan berkomunikasi sob, karena hasilnya bisa jadi ngedumel sendiri karena marah atau malah gontok-gontokan. karena sensinya itu udah jadi kultur masyarakat kita, mending cara berkomunikasinya yang diubah.