Rabu, 28 September 2011

[random] konvergen

kebetulan aku dirumah pakai jasa TV kabel. beberapa hari terakhir ada yang beda dari channelnya, karena SunTV berubah nama jadi Sindo TV. Sun Tv bukan tv yang airing secara nasional. kalo ga salah hanya bisa di akses di area jabodetabek aja. stasiun tv ini lumayan dikenal dengan artis talkshownya tante Chantal Concetta. yang aku lihat disini, nama Sun TV berubah jadi Sindo TV yang merupakan  nama harian/koran dibawah naungan MNC. belakangan kita tau ada Kompas TV yang merupakan pelebaran sayap dari sebuah surat kabar. rupanya Sindo juga ga mau kalah dengan bikin stasiun TV. padahal sebelumnya sindo atau Seputar Indonesia adalah sebuah news program yang tayang tiap hari di RCTI.

dengan adanya Sindo Tv itu bisa dilihat dampak dari konvergensi media, yang menuntut satu media punya fungsi lebih dari satu fungsinya yang utama. lebih mudahnya, awalnya cuma koran sekarang udah punya website online bahkan stasiun tv sendiri. positif karena akan lebih fokus ke kebutuhan konsumen media.

aku pernah sesekali denger sebuah quote yang bunyinya "jika kau ingin menguasai suatu negara, maka kuasailah medianya" merujuk pada hal tsb, kita akan ingat satu nama yakni Harry Tanu sebagai pemilik MNC group yang bisa dilihat sebagai penguasa media di Indonesia, termasuk Sindo TV tadi. berbeda dengan Surya Paloh maupun Ical Bakri yang punya sebuah "kepentingan" dibalik gaya penyampaian berita di MetroTV maupun tvOne, Harry Tanu mungkin ingin "menguasai" seluruh segmentasi masyarakat melalui berbagai macam media yang dimilikinya. IMO 90% media di Indonesia Harry Tanu yang punya. dia menjaring hampir seluruh konsumen dan customer media yang ada di negara kita. dengan kata lain, dia menggunakan media sebagai ladang "profit". dari televisi, surat kabar, tabloid remaja anak ibu-ibu, radio anak muda sampai website online dibawahi oleh MNC. bahkan stasiun televisi satelit berlangganan ternama di Indonesia: Indovision, juga dibawahi MNC. 

dengan bermodalkan punya banyak media, menguasai publik itu mudah. tinggal lihat apa tujuannya. jika profit, tinggal buat apa yang disukai publik, dan uang akan masuk melalui customer media kita. bisa dibayangkan banyaknya duit yang masuk ke kantong mas Harry, karena terbukti medianya banyak disukai.

fenomena ini cuma aku lihat dari layer luar aja. semoga konvergensi media ini ga semata-mata hanya memperhitungkan untung, tapi juga moral bangsa yang harus dibenahi lewat tontonan. jangan publik yang harus jadi korban karena tontonan yang ga mendidik, tapi menguntungkan pemilik media.

Selasa, 27 September 2011

[random] geblek

sebuah cerita, saya adalah mahasiswa komunikasi di PTN papan atas kota Malang. saya angkatan 2008, dan saya mempunyai pandangan bahwa adik tingkat jurusan saya yang masuk tahun 2010 adalah angkatan yang geblek. ada beberapa sebab yang buat saya berkata seperti itu. 

pertama, jika berargumen terkesan menjatuhkan, debat kusir dan ingin kita mengikuti apa argumen dia. tapi tidak punya dasar dalam mengeluarkan argumen. mungkin ini fase yang dialami hampir semua mahasiswa baru, masih suka debat. bisa dimaklumi, dan kita dulu mungkin pernah kaya gitu. kenapa saya katakan geblek ya karena masih ga mau fleksibel. kita dulu juga geblek pastinya, lambat laun pasti ada progresnya jadi lebih baik.

kedua, kurang menghargai orang lain. ambil contoh saya pernah mengikuti suatu seminar ESQ di kampus, dengan mayoritas peserta anak 2010. karena hall untuk menggelar seminar ga cukup, sebagian dipindah di kelas terdekat. situasi di kelas tsb chaos. mayoritas anak ngobrol, sibuk dengan gadget, telepon, bahkan ada beberapa anak yang main uno di depan kelas dengan membentuk posisi duduk melingkar, di depan kelas. WOY! di depan kelas main uno? itu udah menunjukkan kegeblekan yang mentok, udah ga bisa lebih geblek lagi. itu sedang ada seminar, setidaknya hargai pemateri dengan duduk tenang dan diam. kegiatan lain asal tidak mengganggu bisa dimaklumi asal gak mengganggu banget seperti "semua duduk manis di bangku masing-masing dan beberapa anak duduk melingkar di depan kelas sambil main uno" geblek.

ketiga, singkat cerita disebuah kelas yang mayoritas isinya 2010, seorang dosen ingin ada koordinator kelas untuk mendistribusikan materi kuliah. lalu anak 2010 menunjuk anak 2008 yang minoritas dan tidak ada yang mau jadi koordinator kelas. hahaha ini hal yang sangat sepele tapi sangat geblek. ya sebagai mahasiswa baru tahun kemaren, mahasiswa komunikasi pula, kenapa ga mau show off sebagai mahasiswa komunikasi yang responsible? yaemang gak masalah lah kalo yang jadi koordinator kelas anak 2008, tapi anak 2010 semakin keliatan aja dong gebleknya.

itu segelintir cerita dan akan saya akhiri kerandomannya dengan sebuah kata-kata:

"Tentu saja saya tidak lebih geblek dengan terlalu cepat menggeneralisasikan angkatan 2010 adalah angkatan yang geblek, pasti banyak lah yang pinter, yang kritis. semuanya emang butuh progres."

sabar aja sampe kita liat progresnya muncul buat modal bersosialisasi di masyarakat suatu hari nanti.

[random] jangan baca judulnya

katanya kedewasaan ga bisa dinilai dari umur. tapi umur lebih tua kok banyak yang jadi sok dewasa? masa gara-gara umur tua aja semua orang harus dimudakan. dalam konteks apapun. semakin modern, semakin budaya kita termakan budaya barat dan modernisasi, dalam hal apapun kita bakalan makin ga kenal yang namanya umur. ga harus lebih tua yang lebih tau segalanya. aku mewakili kaum muda kaum yang pengen lebih bersuara tanpa pembatas.

mungkin ada kepuasan tersendiri dalam komunikasi kelompok kecil, jika salah satu ada yang  lebih mendominasi dalam berkomunikasi. tapi yang ga dominan itu pasti jadi minder. ada sih teorinya tentang kalo ada yang superior pasti ada yang inferior, dan di  dunia kerja kalo kita merasa harus mendomninasi dalam sebuah komunikasi kita pasti dibuang.

kebiasaan kaya gini harus ditinggakan. kenapa aku harus hidup di jaman yang segalanya masih dalam masa transisi, semua masih setengah-setengah. demokrasi, pembenahan sistem apapun, dan terutama mindset dan mental kita masih setengah-setengah. yaah masih mengusung budaya timur lah, tapi mereka yang mau meninggalkan budaya timur dan menyongsong modernisasi mental malah kebablasan. termasuk soal yang lebih tua harus yang "lebih". di lingkungan universitas masih ada junior senior, yang mungkin latar belakang tsb bisa terbawa ke ranah apapun. bersyukur saya berada di lingkungan yang fleksibel, meskipun praktek macam itu juga masih banyak.

kita hidup masih dalam budaya yang ga menghargai freedom speech. mungkin sebagian besar pekerjaan memang masih mengutamakan bungkus dari pada substansi, dan memang ada yang ga bisa ditinggalin. kita ga bisa nolak hal yang udah jadi sebuah "budaya" tersebut dengan idealisme macam "anti pencitraan" dsb, kita hanya lebih baik berpikiran fleksibel, daripada punya pemikiran saklek kolot dan konservatif tetang "melihat bungkus".

kalo bisa menunjuk satu tempat yang lumayan merepresentasikan kehidupan dengan "mental" yang modern di Indonesia, saya rasa baru di ibukota kita dimana kita lebih bisa dilihat sebagai manusia yang punya "hak".

Sabtu, 24 September 2011

[film] Confessions (2010)

film dengan judul asli kokuhaku ini  adalah salah satu film yang top dari negeri Jepang. bagi yang suka dorama, pemain utama cewenya ini (Takako Matsu) sempet main di dorama Long Vacation sama Kimura Takuya dll.  film ini ga recommend sama sekali buat yang suka film-film dengan tema menghibur, karena ini film yang genrenya psychological thriller. film yang ceritanya tentang seorang ibu yang pengen balas dendam atas kematian anak perempuannya yang masih kecil. film yang sama sekali ga ada tokoh protagonisnya, jahat semua dan sadis. 

dari segi cerita ini bagus banget. alurnya ga monoton. kekurangannya ada pada penokohannya yang kurang make sense. logika filmnya ga masuk gitu. karena selain tokoh utama ibu itu, beberapa tokoh utamanya adalah seorang anak kecil. tapi dengan planting info yang sangat baik, kita akan tetep nyaman kok nonton filmnya. film ini dikritik karena tokohnya yang overacting, karena emang ada beberapa scene yang agak aneh dan lebay. maklum genrenya aja psychological thriller, ya harus ada processes of the mind buat resolve the conflict gitu, dan semua hal tersirat jadi ga gitu aja ditampilkan. kita emang harus "mikir", ga cuma ambil dari layer luar aja. meh

dari segi teknis film ini juaranya. sebagian besar pake teknik slow motion (sempet bingung dengan digunakannya teknik ini) dan emang penggunaan teknik ini banyak banget dikritik, karena ga menghasilkan impact apa-apa katanya. tapi jelas menambah kesan dramatisnya jadi luar biasa. tone warna yang galau (banyak pake unsur item, putih, abu-abu) langit yang gak flat, dan tembakan lighting yang gak biasa bikin kesan film ini emang galau. apalagi ada soundtrack dari Radiohead yang nambahin kesan galaunya. meskipun di kritik karena jadi kelihatan sok artsy gitu. intinya film ini juara banget di teknisnya tapi cerita juga ga kalah sama teknisnya. (8,5/10)

Jumat, 23 September 2011

[random] mental katanya...

orang indonesia ini kasian....dari kecil udah dibudayakan buat takut salah. dari jaman SD, kalo telat masuk sekolah langsung di jemur, lebih parah dikasih hukuman fisik macem push up dll. esensinya apa gitu, displin? pengen disiplin kok ga benahi mental dulu?? harusnya semua guru SD itu kuliah psikologi dulu. anak kecil kan otaknya lagi berkembang kok malah dijejali sama hal yang sifatnya traumatis?? dampaknya long term. kalo kuliah telat, malah bolos..jadi kebudaya untuk disuruh juga..jadi ga responsif, karena emang dari kita SD sampe SMA kerjanya diperintah guru terus, di"gurui" sama bapak ibu guru kita. guru yang paling berkuasa dan kita sebagai siswa harus memperhatikan. ga ada kesempatan buat mengekspresikan diri.

nah kalo udah tua-tua gini, udah keluar dari fase ABG yang masih labil, karakter udah kebentuk. mau dibentuk lagi udah susah. hal-hal macam itu tadi udah kebentuk jadi persepsi...ya pantes masalah bangsa kita banyak....lah mental bangsanya aja kaya gitu, takut salah dan lebih milih diem gitu. tapi jaman sekarang pendidikan udah bagus lah ya. pemikiran guru-guru di sekolah dan orang tua udah mulai modern. ga konservatif yang sok mengedepankan disiplin. buat long term 20 taun ke depan bagus lah bangsa kita ini. cuma yang jadi masalah sekarang tayangan TV kita yang ga mendidik. hmmm masalah konten TV kapan-kapan aja di posting, dan saya nyatakan kerandoman posting ini akan segera saya akhiri!!!!