Selasa, 02 April 2013

sedikit tentang lingkungan

Tahun ini genap 24 tahun saya tinggal di kota Malang. Yap, dari lahir saya tinggal disini. Semua orang di kota ini pasti merasakan jika kota ini telah berubah. Kota yang dulu dikatakan sebagai kota dingin, sekarang panas. Kota yang dikatakan kota yang cocok untuk istirahat, sekarang macet. Tapi sebenarnya yang lebih aneh adalah kota Malang yang banjir ketika musim hujan. Jepang terkena gempa, masyarakatnya tenang, Jakarta banjir di musim panas pun masyarakatnya pasti sudah terbiasa. Akan tetapi Malang banjir, terlalu aneh. Malang terletak di dataran tinggi. Dataran tinggi dan banjir adalah sesuatu yang tidak sinkron, rasanya seperti kita berada di sebuah pengajian dan kita bertemu Nikita Mirzani. Gak sinkron.


Apakah penyebab dari banjir di dataran tinggi yang begitu tidak masuk akal itu? Memang banjir itu tidak terlalu mengerikan sehingga banyak anak kecil justru senang bertemu kolam renang baru, akan tetapi hey! Apakah hujan selebat itu? Apakah jumlah sungai dan got sudah berbanding terbalik dengan jumlah apartemen? Apakah air itu bisa bergerak sendiri dan tiba-tiba memenuhi jalan? Tidak. itu karena kita.

Yes. Itu kita. Aku, kamu, kalian. Semuanya. Semua orang cenderung ingin mudah dan enak. Mau melakukan hal yang banyak tapi menguntungkan dirinya, tapi tidak mau melakukan hal yang sedikiiiiiiit, saya katakan sedikiiiiiiit tapi bermakna bagi banyak orang. Dari contoh kecil, buang sampah sembarangan. Kita lebih mudah menemui tempat sampah daripada banner pilkada yang tertancap di pohon-pohon, tetapi tetap saja masih lebih banyak penampakan sampah di got ataupun di kali. Beserta penampakan orang yang sedang membuang sampah disana. orang macam apa yang membuang sampah di sungai sementara kota yang ditinggalinya banjir? apa tempat sampah sudah dipenuhi oleh sampah? sampah apa? sampah masyarakat? koruptor? atau rektor? 
banjir tapi buang sampah di sungai itu nambah-nambahin masalah. kaya sakit diare tapi malah pacaran sama Olga.

Hal yang lebih besar, kertas. Ketika kita membuang kertas untuk konsultasi skripsi, fotokopi, atau merobek-robeknya karena itu surat dari mantan, sudah berapa pohon yang kita tebang untuk itu? 
Kita hanya kurang bijak menggunakannya, tapi dampaknya? Besar. 

[@kitipz]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar