Tahun ini genap 24 tahun saya tinggal di kota
Malang. Yap, dari lahir saya tinggal disini. Semua orang di kota ini pasti
merasakan jika kota ini telah berubah. Kota yang dulu dikatakan sebagai kota
dingin, sekarang panas. Kota yang dikatakan kota yang cocok untuk istirahat,
sekarang macet. Tapi sebenarnya yang lebih aneh adalah kota Malang yang banjir
ketika musim hujan. Jepang terkena gempa, masyarakatnya tenang, Jakarta banjir
di musim panas pun masyarakatnya pasti sudah terbiasa. Akan tetapi Malang banjir,
terlalu aneh. Malang terletak di dataran tinggi. Dataran tinggi dan banjir
adalah sesuatu yang tidak sinkron, rasanya seperti kita berada di sebuah
pengajian dan kita bertemu Nikita Mirzani. Gak sinkron.
Apakah penyebab dari banjir di dataran tinggi
yang begitu tidak masuk akal itu? Memang banjir itu tidak terlalu mengerikan
sehingga banyak anak kecil justru senang bertemu kolam renang baru, akan tetapi
hey! Apakah hujan selebat itu? Apakah jumlah sungai dan got sudah berbanding
terbalik dengan jumlah apartemen? Apakah air itu bisa bergerak sendiri dan
tiba-tiba memenuhi jalan? Tidak. itu karena kita.
Yes. Itu kita. Aku, kamu, kalian. Semuanya.
Semua orang cenderung ingin mudah dan enak. Mau melakukan hal yang banyak tapi
menguntungkan dirinya, tapi tidak mau melakukan hal yang sedikiiiiiiit, saya
katakan sedikiiiiiiit tapi bermakna bagi banyak orang. Dari contoh kecil, buang
sampah sembarangan. Kita lebih mudah menemui tempat sampah daripada banner
pilkada yang tertancap di pohon-pohon, tetapi tetap saja masih lebih banyak
penampakan sampah di got ataupun di kali. Beserta penampakan orang yang sedang
membuang sampah disana. orang macam apa yang membuang sampah di sungai sementara kota yang ditinggalinya banjir? apa tempat sampah sudah dipenuhi oleh sampah? sampah apa? sampah masyarakat? koruptor? atau rektor?
banjir tapi buang sampah di sungai itu nambah-nambahin masalah. kaya sakit diare tapi malah pacaran sama Olga.
banjir tapi buang sampah di sungai itu nambah-nambahin masalah. kaya sakit diare tapi malah pacaran sama Olga.
Hal yang lebih besar, kertas. Ketika kita membuang
kertas untuk konsultasi skripsi, fotokopi, atau merobek-robeknya karena itu
surat dari mantan, sudah berapa pohon yang kita tebang untuk itu?
Kita hanya
kurang bijak menggunakannya, tapi dampaknya? Besar.
[@kitipz]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar