"sekarang kuliah dimana?"
pertanyaan basa-basi yang cukup sering didengar oleh telinga kita. bagi sebagian orang, ditanya masuk universitas mana itu agak sensi. "emang kenapa kalo aku kuliah disini?" ""emang dimanapun aku kuliah bakal ngaruh ke kehidupanmu?". ya mungkin jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu bakal dilontarkan, dalam hati. ini adalah sebuah bentuk kekesalan yang susah untuk dilontarkan secara langsung. lalu Tuhan menjawab dengan ditemukanlah sesuatu bernama twitter.
dengan adanya twitter, kita tweet semua kekesalan kita di twitter, banyak yang retweet, dan kita jadi selebtweet. kita galau patah hati, ngetweet, banyak yang retweet, kita jadi selebtweet, dapet duit, seneng. tapi tetep tweetnya galau. kita bertemu teman lama, kita ngomong "hei apa kabar?" "baik" lalu mata kita kembali tertuju ke gadget. menatap linimasa, meretweet tweet orang yang lain, orang lain jadi selebtweet, dan kita sedikit kehilangan esensi kehidupan sosial kita. itu hanya karena banyak yang mencurahkan kehidupan yang harusnya di dunia nyata, justru ke dunia maya.
dengan adanya twitter, kita tweet semua kekesalan kita di twitter, banyak yang retweet, dan kita jadi selebtweet. kita galau patah hati, ngetweet, banyak yang retweet, kita jadi selebtweet, dapet duit, seneng. tapi tetep tweetnya galau. kita bertemu teman lama, kita ngomong "hei apa kabar?" "baik" lalu mata kita kembali tertuju ke gadget. menatap linimasa, meretweet tweet orang yang lain, orang lain jadi selebtweet, dan kita sedikit kehilangan esensi kehidupan sosial kita. itu hanya karena banyak yang mencurahkan kehidupan yang harusnya di dunia nyata, justru ke dunia maya.
dampaknya sangat jelas, banyak akun anonymous provokatif. kebanyakan soal politik, namun yang paling sensitif adalah soal agama. para pembuat akun gak jelas ini mungkin sangat bahagia, karena dia berhasil mendapat atensi dari masyarakat dunia maya. sudah dapat atensi, mereka tinggal putar otak bagaimana cara menyisipkan pesan-pesan "titipan" dari sang empunya kepentingan. eh. ngomong-ngomong abis ini ada hajatan besar apa ya di negara kita?
saya adalah sarjana lulusan Universitas Brawijaya. saya pernah baca-baca linimasa twitter, dan nemu sebuah fakta kalo Universitas Brawijaya masuk World Rank University, urutan ke 722. sedikit bangga, tapi setelah saya browsing di internet, ternyata World Rank University cuma sampai urutan 400. 400 ke 722, seperti kita berharap naik angkot ke Surabaya, ternyata angkot itu cuma sampai Dampit. lalu tidak ada angkot lagi disana, dan anda terdampar dan tersesat.
dari sini saya simpulkan, ga semua yang di internet terutama twitter itu benar, jadi jangan terlalu judgemental sama orang di twitter. mudah, buat saja twitter sebagai sarana rekreasi dari dunia nyata, jadi kita ga banyak mencari hal-hal yang kurang menyenangkan disana.
yang paling penting adalah, jika anda menggunakan twitter untuk beropini, itu bukan ide bagus. twitter sangat tidak cocok untuk beropini. terlalu terbatasi karakter, dan banyak hal yang ga bisa disampaikan dalam medium yang terbatas. jadi kalo ga pengen dihakimi orang dengan pelabelan macem-macem, mending beropini di blog. jadi jangan terlalu percaya sama orang gak jelas yang beropini di twitter, kecuali dia orang yang benar-benar kredibel.
atau dengan cara yang lebih hipster, jadilah komika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar